Sore itu teman-teman kantor yang lain sudah pulang. Akupun sedang
mempersiapkan diri untuk pulang juga ketika terdengar ketukan di pintu
ruanganku dan kemudian disusul munculnya raut wajah cantik begitu pintu
dibuka dari luar.
"Halo sayang" sapanya hangat dan mesra.
"Belum pulang?" lanjutnya sambil melangkah masuk dan berdiri persis di samping tempatku duduk di belakang meja kerja.
"Sebentar lagi. Ini lagi beres-beres" jawabku balas tersenyum.
Terus terang kehadiran Ratna, salah seorang staf di divisi yang
kupimpin, sering membuatku gelisah, khawatir sekaligus bahagia. Mengapa
tidak? Ia seorang wanita berparas cantik. Tubuhnya langsing namun padat
berisi. Masih cukup muda, berusia antara 25-30 tahun. Ia mengigatkanku
pada seorang bintang sinetron cantik jelita dan seksi Diah Permatasari.
Selain itu, ia orangnya ramah, baik hati dan menyenangkan siapa saja
yang diajaknya bicara. Selain itu, ia sangat perhatian sekali padaku
bahkan cenderung terlalu mesra. Kesannya, hubungan kami tidak seperti
boss dan anak buahnya. Kami sering bercanda penuh kemesraan, tentunya
pada saat tidak ada karyawan lain di antara kami. Bila di tengah
karyawan lain, kami nampak seperti boss dan anak buah layaknya.
Hubungan kami hari demi hari semakin bertambah mesra. Yang pada awalnya
hanya saling lirik dan senyum, kini sudah mulai meningkat menjadi saling
remas walaupun hanya sebatas remasan tangan. Namun itu sudah
menunjukkan bahwa dirinya menyukaiku. Rasa rindu untuk cepat bertemu
mulai mengganggu pikiranku, demikian pula dengan dirinya.
"Ih, pengen cepet-cepet ke kantor deh rasanya" demikian kata Ratna suatu
ketika saat pertama kali aku mencoba memberanikan diri untuk mengecup
pipinya, saking tak tahannya manakala kami tengah berduaan. Itupun
mencuri-curi, takut ada karyawan lain yang melihat
Ia hanya tersenyum jengah saat itu. Wajahnya menunduk malu sambil
melirik mesra ke arahku. Kalau saja saat itu ruangan kosong, mungkin aku
sudah mengecup bibirnya. Aku yakin ia pun mengharapkan hal yang sama.
Namun kemesraan kami nampaknya akan menghadapi permasalahan besar dan
tak mungkin meningkat lebih intim lagi, atau bahkan tidak dapat
berlanjut sama sekali. Pasalnya, aku sudah berkeluarga, memiliki
anak-istri. Demikian pula dengan dirinya, tidak jauh berbeda denganku.
Hanya saja ia belum memiliki anak. Kami sadar dengan keadaan ini, namun
kelihatannya seperti tidak peduli. Inilah yang membuatku gelisah, serba
susah. Aku tidak mau kehilangannya. Celaka, jangan-jangan aku sudah
jatuh cinta padanya. Ini tidak benar Jerit hatiku meski tidak yakin
apakah itu benar-benar suara hatiku yang sebenarnya?
Kembali sore itu ia hadir dengan gayanya yang akan membuat lelaki manapun merasa sulit untuk menolaknya.
"Kok malah bengong? Nggak suka ya, Nana kemari?" katanya dengan menyebutkan nama panggilan mesranya.
Ucapan yang meluncur dari bibirnya yang menggemaskan itu, terdengar
begitu menyejukan hatiku. Mana mungkin aku bisa melupakannya? Siapa pula
yang bisa menahan diri saat wanita cantik, bertubuh sintal yang
menyebarkan aroma penuh dengan rangsangan berdiri begitu dekat
dengannya? Bahkan saking dekatnya aku dapat merasakan kakinya
bersentuhan dengan pahaku. Dari kursi tempat dudukku, aku menengadah
menatap wajahnya. Ia pun tengah melirik ke arahku. Mata kami bertemu.
Saling pandang penuh arti. Kulihat matanya berbinar-binarnya,
menyembunyikan perasaan yang begitu mendalam. Hangat dan mesra sekali
pancaran tatapan matanya. Penuh gairah. Aku bukan malaikat. Aku hanya
seorang lelaki biasa, yang masih penuh dengan gelora jiwa mudaku. Usiaku
masih di bawah 40 tahun. Usia yang sedang matang-matangnya dan penuh
dengan gejolak gairah lelaki.
"Bukan begitu, sayang. Siapa sih yang tak mau berdekatan sama wanita
secantik kamu?" jawabku seraya meraih tangannya ke dalam genggamanku.
Kuremas perlahan dengan penuh kelembutan.
"Tuh khan? Mulai deh rayuan gombalnya" ujarnya seraya makin memepetkan
dirinya ke tempat dudukku. Kurasakan pahanya bergeseran dengan pangkal
lenganku.
Meski masih terhalang kain roknya, aku dapat merasakan kehangatan dan
kelembutan kulit pahanya. Perasaan itu menjalar ke sekujur tubuhku dan
mengarah semuanya ke pusat selangkangannku. Aku jadi gelisah. Aku tak
ingin ia memperhatikan perubahan di bagian depan celanaku. Namun aku
segera memergoki tatapan matanya sekilas melirik ke arah itu. Aku jadi
malu juga, apalagi melihatnya senyum-senyum dikulum seperti itu. Aku
jadi gemas dibuatnya. Lalu tubuhnya kutarik hingga terjatuh ke
pangkuanku.
"Auuww " pekiknya manja sambil merangkul leherku agar tubuhnya tak terguling dari pangkuanku.
"Mas kok jadi tambah genit sih?" lanjutnya. Ia cubit pipiku dengan lembut.
"Tapi suka khan?" balasku menatapnya dengan mesra.
Ia mengangguk perlahan. Balas menatapku dengan hangat. Kuamati seluruh
wajahnya. Ia memang cantik. Matanya bersih bersinar. Bulu matanya
lentik. Hidungnya mancung, dan bibirnya. Akh sungguh mempesona. Sungguh
sensual. Apalagi saat lidahnya dikeluarkan untuk membasahi bibirnya.
Sangat mengundang Aku tak tahan untuk segera mengulumnya.
Bibirku langsung mendarat di atas bibirnya. Kukecup mesra. Ia balas
dengan mesra. Kukulum hangat. Ia menyambutnya dengan kehangatan yang
sama. Kami berciuman dengan hangat dan mesra. Lidah kami saling mencari.
Saling bartautan. Tangannya meremas-remas bagian belakang kepalaku
sambil menariknya sehingga ciuman kami semaki erat. Aku balas dengan
mengelus dan meremas punggungnya. Ia menggeliat sambil mengerang
perlahan merasakan kehangatan cumbuanku.
Gerakan tubuhnya membuat pantatnya yang berada dipangkuanku dengan
sendirinya menggesek-gesek batang kontol yang berada di balik celanaku.
Aku sudah tegang sekali. Kelembutan dan kehangatan buah pantatnya
membuatku terangsang hebat. Kelihatannya ia sengaja melakukan gerakan
itu. Pantatnya terus-terusan digesek-gesek ke batang kontolku yang sudah
semakin mengeras saja rasanya. Mengimbangi permainannya, tanganku mulai
ikut-ikutan beraksi. Dimulai dengan mempreteli seluruh kancing
BLousenya. Kulihat kulit dadanya yang bersih dan putih nampak begitu
merangsang. Kuelus perlahan. Ratna melenguh menikmati elusan lembut di
seputar dadanya. Pagutan bibirnya semakin kuat, dekapannya semakin erat.
Tanganku menggerayang semakin dalam, meremas buah dadanya yang masih
terbungkus kutang tipis. Tonjolan putingnya kupermainkan. Ratna gemetar
dibuatnya. Permaiman tangan boss kesayangannya di daerah puting itu
membuat darahnya berdesir kencang. Gairahnya menggelora dan semakin
menyesakan dadanya. Rangsangan itu bertambah kuat seiring dengan elusan
tangan bossnya yang mulai merogoh ke dalam kutangnya. Sentuhan langsung
tangan lelaki pujaannya itu di seputar buah dadanya seakan memicu
seluruh naluri kewanitaannya. Ratna berubah garang. Gerakannya semakin
banal, liar dan tak terkontrol. Apalagi ketika merasakan elusan lembut
di pahanya, bergerak perlahan merambat naik ke pangkal pahanya.
"Ouugghh" erangnya penuh kenikmatan seraya mendorong tanganku lebih dalam ke arah selangkangannya.
Tanganku segera menemukan gundukan daging hangat di balik celana
dalamnya yang teras sudah mulai membasah. Ujung jariku menelusuri garis
memanjang di sekitar bibir kemaluannya. Kudengar erangan demi erangan
meluncur dari bibirnya setiap kali tanganku menekan di sekitar liang
itu. Roknya sudah kuangkat tinggi-tinggi agar tidak menghalangi
gerayangan tanganku. Sementara tanganku yang satunya lagi mengeluarkan
buah dada Ratna dari balik kutangnya. Tidak terlalu besar memang, tapi
masih kenyal dan keras. Bentuknya indah, apalagi putingnya yang berwarna
kemerahan itu nampak sudah berdiri tegak seakan menanti kuluman
mulutku.
"Aduuhh. isep Mas Terus. akh enak sekali" rintihnya keenakan.
Aku tak perlu menunggu perintahnya, karena mulutku sudah langsung
menyambarnya. Lidahku melata-lata di ujung pentilnya. Akibatnya sungguh
luar biasa, Ratna menggelinjang kegelian diiringi rintihan dan erangan
penuh kenikmatan. Sementara tangannya mulai bergerilya menggerayang
kemana-mana sampai akhirnya berhenti di sekitar selangkanganku. Bergerak
lincah mengurut-urut batangku yang masih terkungkung di balik celana.
Aku berharap ia segera membebaskan batangku yang sudah berontak itu dari
kungkungan celanaku.
"Ratnaa.. ugh" aku melenguh tanpa sadar begitu tangan Ratna merogoh ke
dalam balik celana dan menggenggam batangku. Terasa begitu lembut dan
halus permukaan telapak tangannya.
Perlahan namun pasti, ia mengocok batangku mulai dari bawah hingga ke
atas, lalu turun kembali dan begitu seterusnya dengan irama yang semakin
meningkat cepat. Enak sekali rasanya. Tubuhku seperti melayang-layang
dibuatnya. Kurebahkan kepalaku di senderan kursi. Menikmati semua apa
yang dilakukannya padaku. Kulihat tangan satunya lagi meraih ke bawah.
Aku kira ia kan menggunakan kedua tangannya untuk mengocok, tetapi
ternyata ia malah mencopot celana dalamnya sendiri dan melemparnya ke
lantai. Aku kaget. Apa yang akan dilakukannya. Aku tambah khawatir
ketika ia mengangkat roknya tinggi-tinggi lalu merubah posisinya
sehingga mengangkangiku sementara batangku ditegakkan ke atas.
Tiba-tiba aku sadar akan apa yang akan terjadi. Aku tidak pernah
mengharapkan sampai sejauh ini. Bagaimana jadinya nanti. Kami berdua
sudah memiliki keluarga masing-masing. Ini sudah terlalu jauh, jangan
sampai terjadi. Aku tak ingin mengkhianati keluarga dan aku pun tak
ingin ia mengkhianati keluarganya juga. Cukup sampai di sini
"Ratna. udah. Jangan diterusin" kataku mengingatkan.
Sebenarnya aku juga tidak yakin dengan ucapanku sendiri.
Aku menahan tubuh Ratna agar jangan sampai itu terjadi. Kulihat tatapan
matanya yang redup penuh harap, melirik padaku dengan penuh tanda tanya.
Mana ada lelaki yang tahan melihat wanita secantik dirinya memohon
seperti itu.
"Kenapa?" ucapnya penuh keheranan dengan sikapku yang memang, menurut para lelaki, tidak tahu diuntung.
"Aku, oh, eh, kita nggak boleh begini" ucapku dengan berat hati.
"Nggak apa-apa kok sayang. Aku rela dan suka melakukannya." jawab Ratna yang justru membuatku semakin tergoda.
Aku berupaya untuk berpikir jernih dan mencari jalan agar semua ini
tidak terjadi. Aku tak ingin semuanya berantakan gara-gara perbuatan
ini. Tapi? Akh, rasanya aku tak bisa lagi berpikir jernih begitu ia
mulai menciumi wajahku dengan penuh mesra dan hangat. Tangannya bekerja
cepat mempreteli kancing bajuku hingga membuka seluruh dadaku. Ia
langsung menciuminya. Mengemot putingnya. Lidahnya menari-nari di atas
dada lalu turun ke perut dan terus semakin ke bawah. Aku tak pernah
sadar sejak kapan ritsluting celanaku terbuka. Tahu-tahu kulihat batang
kontolku sudah mengacung dari balik celanaku yang terbuka, sementara
wajah Ratna sudah sangat dekat sekali berada di sana.
"Akh gila", Pekikku dalam hati manakala kulihat mulut Ratna terbuka dan
lidahnya menjulur menyapu permukaan moncong kontolku. Tubuhku bergetar
hebat merasakan sapuan lembut dan hangatnya lidah itu di sana. Mataku
sampai terpejam saking nikmat yang kurasakan saat itu. Pikiran-pikiran
untuk menghentikan perbuatan ini saat itu langsung lenyap entah kemana.
Aku tak mungkin menolaknya. Apalagi mulut wanita cantik ini begitu lihai
mengulum kontolku. Mungkin ini merupakan kuluman ternikmat yang pernah
kurasakan sebelumnya.
Aku sudah tak peduli lagi dengan semuanya. Yang penting semuanya harus
kunikmati. Wanita cantik bertubuh seksi yang sedang bergairah ini harus
mendapatkan kenikmatan yang sama. Setelah itu, aku langsung meraih
tubuhnya untuk berdiri mengangkangi tubuhku yang duduk di kursi.
Kontolku kuberdirikan tegak mengarah persis ke liang memeknya. Kuminta
ia untuk berjongkok dengan kedua kakinya naik ke tepian kursi di kedua
sampingku. Tubuhnya turun perlahan. Kontolku mulai melesak ke dalam
liangnya. Terasa hangat dan sempit. Batangku terus menerobos masuk
karena di sekitar liang itu sudah licin. Ratna melenguh panjang begitu
seluruh batangku terbenam di dalamnya. Matanya terpejam erat, kepalanya
melengak ke belakang. Kedua tangannya berpegangan pada leherku. Ia mulai
bergerak turun naik, bergoyang ke kiri dan ke kanan. Aku mengimbanginya
dengan tusukan-tusukan kuat.
Kami saling berlomba memberikan kenikmatan. Kulihat di depan wajahku,
buah dadanya yang sudah tertutup kutang itu, bergelantungan kesana
kemari. Bibirku langsung menangkapnya. Kukemot putingnya. Ia merintih.
Kujilat seluruh daging kenyal itu. Ratna mengerang. Kedua tanganku
berpegangan pada pantatnya. Sambil meremas, aku tarik ke dalam agar
batangku bisa mencapai bagian yang terdalam di dirinya.
"Mass Ooouugghh.. nikmaat.. enaakkhh.. mmpphhff" erangnya tak karuan.
"Ayo sayang. Terus goyangin. uughgh nikmaatnya." aku pun mengerang-erang kenikmatan.
Tiba-tiba ia memekik sambil mendekap kepalaku erat-erat ke dalam
dadanya. Tubuhnya berguncang hebat. Pinggulnya didesakan kuat-kuat
sehingga batangku terbenam seluruhnya. Tak lama kemudian kurasakan
siraman cairan hangat pada kontolku di dalam liangnya. Ratna telah
mencapai orgasmenya. Ia terus-terusan merintih sambil mengigau kalau
dirinya jarang mendapatkan puncak kenikmatan seperti saat ini. Aku tak
sempat memikirkan ucapannya itu, karena aku pun tengah berkutat menahan
desakan dari dalam diriku sendiri sampai akhirnya tak tahan lagi dan
menyemburkan air mani berkali-kali ke dalam liang memeknya.
Pinggulku sampai terangkat tinggi-tinggi ketika menyemprotkan air mani.
Sungguh nikmat rasanya karena air maniku banyak sekali semburannya.
Bayangkan saja aku sudah tidak berhubungan dengan istriku selama ia haid
seminggu ini. Kudekap tubuh Ratna erat-erat. Kuhirup keharuman aroma
tubuhnya yang begitu merangsang. Sambil kubisikan kata-kata mesra.
"Nana juga sayang sekali sama Mas" bisiknya perlahan hampir tak terdengar.
Untuk beberapa saatnya kami hanya saling berpelukan merasakan sisa-sisa
kenikmatan bersama. Sambil memikirkan wanita secantik dirinya, yang
sehari-hari nampak lembut dan pemalu, bisa berubah binal bagai kuda
jalang saat bercinta denganku. Aku hanya bisa mengeluh bahagia penuh
keberuntungan dapat menikmatnya dengan puas.
"Mas, Nana nggak mau pulang. Pengen sama Mas terus seperti ini" bisiknya lagi.
Aku terhenyak. Kaget tak terkira dengan ucapannya itu. Aku tak tahu
perasaanku saat itu. Apakah harus senang atau takut mendengar
pengakuannya ini. Aku tak ingin peristiwa ini tercium oleh rekan-rekan
yang lain dan tak mungkin terus berada di sini. Walaupun yang lain telah
pulang, mungkin saja nanti ada satpam perusahaan yang mengontrol
kemari.
"Ayo kita pulang. Nanti ketahuan orang" ajakku buru-buru seraya mendorong tubuhnya dari atas tubuhku.
"Nggak mau. Pokoknya Nana pengen sama Mas terus" rengeknya.
"Aduh gimana dong."
"Biarin" katanya ngambek.
Aku panik melihatnya seperti ini. Akhirnya aku mendapat jalan untuk membujuknya.
"Ok, kalau gitu kita cari tempat lain aja yang lebih aman" kataku kemudian.
"Ya setuju. Kita cari hotel aja" usulnya dengan gembira.
"Nanti kita mandi bareng di sana. Nanti Nana mandiin, terus 'ininya'
Nana sabunin juga ya" katanya lagi sambil mempermainkan kontolku yang
sudah tergolek lemas.
Aku hanya mengiyakan saja karena yang penting harus cepat-cepat pergi dari sini.
Kami berdua lalu segera berangkat ke hotel setelah merapikan diri
dahulu. Sepanjang jalan Ratna tak pernah melepaskan pelukannya dariku.
Aku membayangkan apa yang akan kami perbuat semalaman nanti di hotel.
Kurasakan batangku langsung menggeliat bangun kembali hanya terbayang
tubuh molek itu menggeliat-geliat di bawah himpitan tubuhku. Luar biasa
memang.
E N D